Blessing in disguise, mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi kami selama pandemi ini.
Kenapa?
Karena pada tahun 2019 sampai 2020 lalu, saya dan suami banyak kehilangan keluarga terdekat, mulai dari Pakde, Oom, Nenek dari Mama, Nenek dari Papa, sampai Ibu mertua.
Tapi di balik berita sedih tersebut, ternyata justru membuat kami lebih mudah menjalani hari selama pandemi ini. Ditambah Mama saya dan Ayah mertua juga sudah lama berpulang. Oleh karena itu, kami jadi bisa tetap patuh mengikuti setiap anjuran pemerintah termasuk untuk tidak mudik saat hari besar seperti Idulfitri dan Iduladha. Kalau istilah Jawanya, gak onok sing diaboti.
Meski begitu, selama pandemi ini kami masih bertemu keluarga di luar rumah serta keluar kota beberapa kali untuk beberapa keperluan. Karena walaupun tinggal di perantauan, tapi jarak ke kota asal suami di Malang hanya butuh waktu tempuh 1,5 jam. Ditambah sudah lebih dari setahun pandemi tak kunjung usai, sehingga kami juga sesekali harus pulang kampung untuk beberapa urusan.
Karena sulit sekali untuk tidak berinteraksi dengan orang di luar rumah, jadi yang bisa saya lakukan adalah berusaha meminimalisir risiko tertular dengan cara membuat kesepakatan dengan suami. Untuk teman-teman yang terpaksa harus keluar kota dan bertemu keluarga atau kerabat di luar rumah, mungkin cara kami berikut bisa diterapkan juga.
Menentukan Circle Pertemuan
Meskipun dengan keluarga sendiri tapi kalau gak satu rumah, kita gak pernah tahu bagaimana aktivitasnya dan dengan siapa saja mereka berinteraksi. Wong dengan yang serumah aja masih ada risiko tertular jika ada anggota keluarga yang masih keluar rumah untuk urusan esensial. Semakin luas dan banyak orang di luar rumah yang kita temui, kemungkinan tertular pun tentunya makin besar. Oleh karena itu, membatasi circle pertemuan penting untuk meminimalisir risiko serta memudahkan tracing.
Saya dan suami sepakat memilih keluarga inti suami dan adik saya sebagai orang di luar rumah yang sering berinteraksi dengan kami. Karena suami masih ke kantor dan beberapa kali keluar kota, circle pertemuannya bertambah dengan teman kantornya juga.
Selama pandemi ini kami tidak pernah bertemu dalam durasi yang lama di luar circle yang kami sepakati apalagi untuk urusan yang kurang penting seperti nongkrong. Acara arisan atau kumpul keluarga besar dan reuni teman sekolah pun kami memutuskan untuk tidak datang.
Membatasi Durasi dan Frekuensi Pertemuan
Berdasarkan pengalaman, ternyata kami mudah sekali lupa menjaga protokol kesehatan ketika sudah asik bertemu kerabat. Awalnya, sih, masih ingat dengan protokol kesehatan, masker tetap dipakai dan berusaha menjaga jarak ketika mengobrol. Eh, lama kelamaan, muncul rasa aman dan percaya dengan keluarga sendiri. Masker mulai dilepas, ngobrol pun sudah gak peduli jarak.
Beberapa kali juga kami seperti mendapat peringatan untuk lebih berhati-hati. Seperti suami dan anak-anak yang tidak enak badan sepulang dari bertemu dengan keluarga. Rasanya hati mencelos kalau ada anggota keluarga yang tiba-tiba sakit saat situasi seperti saat ini. Oleh karena itu saya dan suami sepakat untuk membatasi durasi dan frekuensi pertemuan.
Sekarang tiap harus keluar kota, kami memilih untuk menginap di hotel atau langsung pulang saja. Frekuensi pertemuan pun sudah jauh berkurang. Selama pandemi ini masih bisa dihitung dengan jari.
Sebisa Mungkin Tidak Menggunakan Angkutan Umum
Sebelum pandemi kami sering sekali naik angkutan umum seperti kereta api saat keluar kota karena pak suami malas menyetir jarak jauh. Sejak pandemi berlangsung, kebiasaan tersebut sudah gak pernah sama sekali. Karena seperti yang kita ketahui bahwa salah satu penularan virus bisa melalui airborne di ruangan tertutup dan ber-AC, belum lagi jika angkutan yang ditumpangi penuh dengan penumpang sehingga mau gak mau membuat kita berada di kerumunan. Oleh karena itu, kami masih belum berani naik kendaran umum apalagi sambil membawa anak-anak.
Beberapa kali pak suami menolak tugas untuk dinas keluar kota karena masih belum mau jika harus naik angkutan umum. Kalau masih bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi, pak suami lebih memilih mengendarai mobil sendiri sambil mengajak kami sekeluarga untuk menemaninya.
Untuk teman-teman yang juga masih takut berpergian menggunakan transportasi umum tapi belum punya kendaraan pribadi yang mumpuni, bisa mencoba alternatif untuk menyewa kendaraan lewat TRAC jika terpaksa ada urusan di luar rumah.
Apa itu TRAC?
Dari yang saya baca di websitenya (https://www.trac.astra.co.id/), TRAC adalah perusahan pertama dan terbesar yang melayani jasa sewa kendaraan. Di samping itu, TRAC merupakan anak perusahaan PT Serasi Autoraya dan bagian dari keluarga Astra.
Layanan yang disediakan oleh TRAC antara lain meliputi sewa mobil harian, airport transfer, sewa bus, sewa mobil korporasi, serta TRAC Fleet Management Solution.
Berkaitan dengan kondisi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) saat ini, TRAC memiliki program We Care We Share, yaitu sebuah program promo dari TRAC sebagai bentuk dukungan kepada seluruh pekerja profesional yang masuk ke dalam golongan essential (pekerja yang bergelut di bidang perbankan, pasar modal, sistem pembayaran, teknologi informasi, dan komunikasi, perhotelan penanganan karantina, serta industri orientasi ekspor) dan critical worker (pekerja yang bergelut pada bidang energi, kesehatan, keamanan, logistik dan transportasi, industri makanan, minuman dan penunjangnya, petrokimia, semen, objek vital nasional, penanganan bencana, proyek strategis nasional, konstruksi, utilitas dasar (listrik dan air), serta industri pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari) untuk mendapatkan kemudahan transportasi dengan aman dan nyaman selama perjalanan di masa PPKM darurat ini.
Untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19, TRAC menerapkan SMART PROTOCOL seperti berikut:
- Melakukan penyemprotan disinfektan ke semua unit yang akan melayani dan setelah melayani pelanggan.
- Menyediakan hand sanitizer di semua unit yang bertugas melayani penumpang.
- Menerapkan social distancing di seluruh unit yang mengangkut penumpang.
- Memberikan sekat pembatas (berbahan fiber) antara driver dengan penumpang.
- Setiap driver yang bertugas akan melalui proses pengecekan kesehatan.
- Setiap driver yang bertugas diwajibkan menggunakan masker dan sarung tangan.
- Driver tidak diperkenankan melakukan kontak fisik apapun kepada penumpang.
Layanan tersebut dapat bersifat secara harian maupun bulanan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk waktu antar jemput dan titik kumpul pun bisa menyesuaikan dengan permintaan dari pelanggan.
Terus gimana nih cara menggunakan layanan sewa kendaraan dari TRAC?
Teman-teman bisa mengunduh aplikasi TRAC To Go di Google Playstore mau pun Apple Appstore di link berikut.
Link GooglePlay Store:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.trac.tractogo&hl=en&gl=US
Link Apple App Store :
https://apps.apple.com/us/app/trac-to-go/id1459840738
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hai, terimakasih sudah berkunjung. Komentar saya moderasi ya, capek cyiin ngehapusin komentar spam :D
Kalau ada pertanyaan, silahkan kirim email ke MeriskaPW@gmail.com atau Direct Message ke instagram @MeriskaPW, sekalian follow juga boleh :p