Sabtu, 04 Mei 2019

De Koloniale Resto & Coffee Blitar, Bangunannya Cantik Tapi Mana Kopinya?


Setelah dari Malang saat pemilu beberapa waktu lalu, kami melanjutkan perjalanan ke rumah mbah uti saya di Blitar. Pulangnya kami memutuskan untuk lewat tol Kertosono aja daripada balik lagi lewat Malang. Seperti biasa kalau lagi berpergian jauh pakai kendaraan sendiri, saya dan suami wajib minum kopi dulu biar mata tetep melek. Jadilah kami mampir ke De Koloniale Resto & Coffee Blitar di perjalanan pulang menuju Sidoarjo.


De Koloniale Resto & Coffee ini merupakan resto (atau cafe?) yang termasuk baru di kota Blitar tapi gak baru-baru banget sih. Kira-kira sudah ada sejak setahun yang lalu. Saya tau tempat ini dari instastory teman kuliah saya yang memang anak Blitar. Langsung tertarik ke sini karena melihat tempatnya yang sepertinya berada di bangunan tua dengan gaya kolonial gitu. Lemah deh saya kalau liat bangunan lawas yang masih cantik gini.

Alamat De Koloniale Resto & Coffee berada di jalan Tanjung No 54, Kota Blitar. Gak pas di pusat kota banget, melainkan ada di jalur utama Blitar-Kediri. Buat kami yang memang mau menuju ke arah Kediri, malah pas banget soalnya gak perlu muter-muter kota dulu.

Baru sampai di halaman De Koloniale Resto & Coffee aja saya udah terpesona dengan bangunannya yang cantik. Ohya, halamannya lumayan luas, bisa menampung cukup banyak kendaraan. Di bagian teras, sudah ada pegawai yang siap menyambut dengan buku menu di depannya dan langsung mendampingi kami menuju meja yang kami inginkan.


Masuk ke dalam bangunan, kesan ekslusif makin terasa dengan furniture klasik yang terlihat mahal. Mengingatkan saya pada museum Bentoel di Malang, tata ruangnya juga persis banget. Masuk rumah itu langsung berupa lorong cukup lebar yang mengarah ke halaman belakang dengan ruangan-ruangan di sisi kanan dan kirinya.

Baca juga: Museum Sejarah Bentoel, Kota Malang Juga Punya Museum Tentang Rokok



Kali itu kami memilih duduk di meja bagian belakang yang berada di halaman terbuka yang dipenuhi rerumputan hijau.

Karena sebelum ke sini kami sudah makan siang sehingga tujuan kami ke memang cuma pengen ngopi dan ngemil aja. Oleh karena itu saya langsung fokus mencari menu makanan ringan dan minuman yang ternyata membuyarkan kesan ekslusif dari De Koloniale.

Buku menunya itu termasuk bagus dan dibuat dengan niat, pakai kertas tebal yang direkatkan ke papan kayu. Nama-nama menunya juga dibuat menggunakan bahasa Belanda. Tapi begitu diamati, ternyata menunya gak ada yang istimewa. Terutama menu snack dan minumannya.

Kalau melihat namanya yang ada embel-embel coffeenya, pasti yang terlintas bakal banyak pilihan untuk menu kopinya donk ya?

Tapi dugaan saya ternyata salah, menu kopi yang tersedia cuma goodday, cappucino cincau, coffee mix, kopi hitam, dan kopi jahe. Udah kayak di warkop aja kan?

Yang lebih mengecewakan lagi, waktu itu saya pesen kopi jahe dan karyawannya balik ke meja kami untuk memberi tahu bahwa mereka kehabisan stok kopi hitam. Bisa-bisanya tempat ngopi kehabisan stok kopi, ckckck.

Akhirnya saya pesan es teh aja sama kayak Alif, sedangkan suami pesan jus alpukat. Untuk cemilannya kami memesan roti bakar dan nanas goreng. Rasanya standar aja sih tapi platingan mereka cukup oke menurut saya. Cuma nanas gorengnya rada aneh di lidah saya karena emang gak biasa makan nanas goreng, iseng aja pengen nyoba, hehe.



Dibanding menu makanan ringan, De Koloniale ini memang lebih banyak menyediakan menu makanan berat. Dari satu jenis bahan gitu mereka bisa bikin beberapa olahan menu yang berbeda. Contohnya menu olahan buncis aja bisa ada 6 macem lho. Ada tumis baby buncis, tumis buncis saus tausi, tumis buncis bumbu cabe kering, tumis buncis udang, tumis buncis sapi, dan tumis buncis cumi.








Meskipun pilihan menunya gak sesuai ekspetasi saya, tapi saya jatuh cinta dengan suasananya. Enak banget buat bersantai sambil ngopi cantik, sayang aja menu kopinya gak menarik. Jiiaaahh, balik ngomongin menu lagi, wkwk.

Dan ternyata ya, bangunan De Koloniale ini super duper luas. Selain bangunan utama, ada juga bangunan lain di sisi kanan dan kirinya yang juga diperuntukkan untuk pengunjung. Ditambah dengan halaman belakang dan samping yang lumayan luas. Plus ruang untuk dapurnya juga terpisah di bagian belakang. Saya jadi penasaran dulu bangunan ini punya siapa ya?

Berbeda dengan interior di bangunan utama yang didesain klasik tapi minimalis, desain di bangunan kiri dan kanan serta halaman dibuat lebih ramai, nyentrik, dan ceria dengan adanya lukisan berwarna-warni dan beberapa spot selfie.



Selain suasananya yang asyik, sore itu kami menjadi pengunjung satu-satunya dalam waktu yang cukup lama. Bikin makin betah berlama-lama apalagi di halaman belakang, ada gambar kotak-kotak untuk bermain dengkleng (angkatan 90-an ngacung!). Jadi nostalgia sekalian ngenalin Alif permainan masa kecil emak bapaknya, heheh.


Menurut saya, De Koloniale Resto & Coffee ini ibarat orang yang ingin memenuhi keinginan semua orang padahal dia sendiri punya keterbatasan sehingga pada akhirnya malah bikin kecewa karena gak maksimal. Kalau dilihat dari konsepnya, De Koloniale ini kan ingin menghadirkan suasana jaman kolonial atau Belanda. Dari lukisan bahkan ada miniatur kincir angin dan bunga tulip palsu. Nama menunya pun pakai bahasa belanda, tapi menunya malah lebih ke chinese food dan jawa. Ada juga sih beberapa menu bule tapi masih kurang Belanda. Pun begitu dengan minumannya, mengusung kata coffee, tapi menu kopinya gak ada yang istimewa. Dari target marketnya juga masih membingungkan, mau dibikin resto keluarga atau tempat nongkrong anak muda?

Gaya banget deh lu Mer kayak ngerti teknik marketing aja, wkwk. Tapi beneran lho, saya ngerasa sayang aja tempat sebagus itu, bangunannya cantik dan terawat, suasananya bikin nyaman tapi pemilihan menunya kurang maksimal dan kurang menampilkan ciri khas yang beda dari resto atau tempat serupa. Malah saya mikirnya bakal lebih oke kalau dijadiin penginapan aja kayak Kookon Hotel Surabaya mengingat bangunannya luas banget, ruangannya juga banyak tapi pengunjungnya sepi *Dih! Sok ngatur lau Mer! *

Baca juga: Kokoon Hotel Surabaya, Hotel Dekat Suramadu dengan Kolam Renang


Btw, bentar lagi kan bulan puasa ya? Kayaknya De Koloniale bakal cocok buat buka bersama karena tempatnya luas banget dan banyak spot fotonya. Ada mushala yang luas juga di halaman belakang dekat dapur.

1 komentar:

  1. kalo aku jd kamu, ya bakal kecewa juga sih, tempat ngopi tp kok yaaa abis stok... trus jenisnya biasa banget gitu.... ya mending jgn fokus ke kopi yaaa....

    eh nenas goreng aku prnh coba di jkt , ada tempat yg memang terkenal banget ama gorengannya... sbnrnya sih pisang goreng madunya yg terkenal, tp dia juga bikin alternatif ada nenas goreng madu... dan itu lumayan enaaaak... kalo yg di gambar sini tepungnya tipis yaaa... bntuk nenasnya msh kliatan jelas... yg di jkt itu tepungnya tebel, tp nenas dalamnya jg gedee... mantep :D

    BalasHapus

Hai, terimakasih sudah berkunjung. Komentar saya moderasi ya, capek cyiin ngehapusin komentar spam :D

Kalau ada pertanyaan, silahkan kirim email ke MeriskaPW@gmail.com atau Direct Message ke instagram @MeriskaPW, sekalian follow juga boleh :p