Assalamu'alaikum,
Mungkin bagi yang sering bolak balik dari arah surabaya atau pasuruan menuju dan keluar kota Malang lewat Lawang sudah gak asing dengan Republik Telo sebuah rumah makan sekaligus sentra oleh-oleh berbagai macam olahan dari telo atau ubi jalar, mostly sih kayaknya ubi jalar yang ungu ya, gak tau juga soalnya belum pernah kesana, heheh.
Nah kalau warung Daoen gimana? Warung ini ups, sebenarnya lebih tepat disebut resto atau rumah makan sih daripada warung. Beberapa orang yang kita ceritain kalau kita habis dari warung daoen langsung merasa lega, karena kita cuma marung alias makan atau nongkrong di warung, hakhak, biasalah orang sirik. Begitu kita ganti dp langsung tak berkomentar lagi, uhuy! Nah kan jadi ngelantur, mesti deh, ckckck.
Jadi warung daoen ini masih satu perusahaan dengan republik telo, lokasinya juga gak jauh dari tempat republik telo berada bahkan masih satu lokasi dengan pabrik pembuatan produk-produk republik telo.
Kalau republik telo memang lebih ditujukan buat sentra oleh-oleh, sedangkan warung daoen ini lebih diperuntukkan untuk rumah makan keluarga.
Di sini kita gak cuma bisa makan doank, di sini juga disediakan kolam pemancingan, kolam renang, dan penginapan.
Menunya sih standar menu rumah makan keluarga, harganya ya standar ke mahal. Lebih cocok untuk makan rame-rame.
Harga makanan di warung daoen purwodadi |
Harga minuman |
Waktu itu kita pesen bakmie goreng, batagor, jus telo, sama teh hangat. Pas pesanannya dateng, kaget juga ternyata porsinya besar, pantes harganya agak mahal.
Rasanya sih biasa, tapi kayaknya gak pake MSG deh, soalnya gak sedep. Jus telonya awalnya berasa aneh, tapi setelah menyatu dengan es batu dan mendingin, rasanya lumayan juga kaya jus alpukat rasa telo, haha apasih.
Hati-hati sama batagor dan siomaynya, di menunya terpampang nyata harganya cuma 6rb per porsi, begitu mbayar ternyata 6rb per biji, mana saus kacangnya itu kaya saus pecel dikecapin. Padahal pas berangkat terjadi percakapan antara saya dan suami.
"Ntar kalo mahal-mahal gimana? Pokoknya aku mau makan"
"Ya ntar aku tak pesen minum aja"
Sampai tempat akhirnya suami pesen batagor karena harganya murah dan dia emang doyan saus kacang. Lah taunya pesenan suami harganya hampir sama kaya pesenan saya, wkwkwk.
Emang yang dijual di sini adalah suasananya, asyik banget berasa lagi di resort mahal (kaya pernah aja!). Begitu memasuki area warung daoen, kita bakal disambut sama kolam pemancingan dengan gazebo-gazebo yang berjejer di pinggiran kolam, ini masih wuih ini komentarnya.
Masuk lagi, ada kebun bonsay dengan gazebo dan ruang makan. Masuk lagi, ketemu aula atau pendopo yang cukup besar berisi kursi makan yang berbeda bentuk, ada yang dari akar kayu ada yang berbentuk kursi biasa, di sini juga tempat kasir dan dapurnya. Di tengah pendopo ada kolam ikan dan panggung kecil untuk electone lengkap dengan pemainnya, tamu rumah makan diperbolehkan untuk nyanyi-nyanyi di sini. Sampai sini komentarnya udah ganti jadi "waw, bagus ya"
Oya, di sebrang pendopo ada playground gitu tapi agak tersembunyi dan gak begitu kerawat, njomplang banget sama bangunan restonya.
Setelah melewati pendopo, kita akan bertemu dengan lapangan rumput yang luas dengan jejeran tempat makan di satu sisinya. Baru deh di sini komentarnya jadi "woooow, amazing, ubelievable, wonderfull, excellent, warbiyazak" haha, lebeh.
Tempat makannya pun beraneka jenis. Ada yang gazebo lesehan, ada yang gazebo tapi pake meja kursi, ada meja kursi kayu yang sengaja difinishing kasar sesuai bentuk asli kayunya, dan ada juga miniatur rumah joglo lengkap dengan pintu dan jendela, enak nih buat mesra-mesraan, wkwk.
Di tengah lapangan dibangun miniatur stupa borobudur. Di lapangan ini juga ada dua buah kelompen yang bisa dipake rame-rame kaya buat lomba 17 agustusan itu. Lapangan ini adalah spot favorit saya, karena alif bebas lari-larian dan viewnya yang ijo-ijo bikin adem hati, hehe.
Lanjut, dari spot lapangan ijo royo-royo, di sampingnya lagi ada kolam renang yang dinamai pemandian dewi sri dengan tempat makan di sekelilingnya, ada yang terbuka ada yang ditutupi atap. Ada yang sejajar dengan kolam renang, ada yang lebih tinggi dari kolam. Intinya kita bisa makan di pinggir kolam renang, mau renang juga bisa, tapi bayar lagi 25 ribu per orang.
Jalan yang memisahkan lapangan dengan area kolam renang |
View Daerah kolam renang n warung joglo dari pendopo |
Di depan kolam, ada ruang makan dengan interior tetap serba etnik yang lebin terkonsep dan rapi ketimbang di pendopo sebelumnya itu. Bagian kolam renang dan tempat makan ini udah beda tempat masak/dapur sama bagian sebelumnya, tapi teteap dengan menu yang hampir sama.
Satu yang bikin nyesel waktu datang ke sini adalah, kita gak punya hp atau kamera yang resolusinya bagus. HP andalan saya losaaak - sampai sekarang, huaah KZL.
Buat yang tertarik ke waroeng daun, ancer-ancernya, kalau dari arah Surabaya/Pasuruan setelah melewati kebun raya purwodadi, tengok kiri jalan, nanti ada plang gede bertuliskan warung daoen di ujung sebuah gang kecil.
Kalau dari arah Malang, setelah fly over lawang tengok-tengoklah kanan jalan. Setelah itu harus putar balik dulu di u-turn. Dari gang kecil itu masuk 100 m, setelah itu bakal ketemu pos satpam, masuk situ dan bakal ditanya urusannya, bilang aja mau ke waroeng daun.
Di sini juga ada penginapannya kalo gak salah mulai 400ribuan per malam. Melihat tempatnya yang super luas dan jarang ada pelayan yang berkeliaran, saya jadi mikir kayaknya kalau cuma jalan-jalan gak pesen di sini, gak papa kali ya, karyawannya gak bakal ngeh, haha. Ada yang mau coba? :p
Pulang marilah pulang |
Jadi tau dr sini dulu foto2nya
BalasHapusMaklum baru mau ke warung daun
thanks ya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAda penginapannya gk yaa, bagi info ya
BalasHapus