Rabu, 22 Maret 2017

Kalau Sungai Sudah Menangis


Kalau sungai sudah menangis...

Maka masih bisakah kita memasang muka pura-pura tak tahu sambil melempar sekantong plastik penuh sampah ke badannya?

Maka masih bisakah kita mengulur pipa-pipa PVC demi mengalirkan limbah rumah tangga agar bersatu dalam alirannya?


Sungai sudah menangis.

Ia yang biasa kau biarkan pergi bersama sampah, kini merampas harta bendamu, membawanya hingga titik terjauh dan tak bisa kau temukan kembali.

Ia yang kau ludahi dengan kotoran rumah tanggamu, kini mengajakmu berendam bersama limbah-limbah kecoklatan yang membuat tubuhmu gatal-gatal.

Sungai sudah menangis. Bertahun-tahun. Tapi sebagian dari kita terkadang terlalu bebal sehingga tak kunjung sadar akan kesalahan. Mereka adalah orang-orang yang berpikir bahwa sesekali membuang sampah sembarangan tidak akan jadi masalah. Mereka yang berpikir bahwa membuang limbah rumah tangga gak akan berdampak apa-apa.

Seandainya mereka tahu bahwa 15 sungai besar di Indonesia kini dalam kondisi kritis karena ada sekitar 10 ton sampah yang dibuang ke sungai tiap harinya. Dan seandainya juga mereka tau bahwa persentase limbah rumah tangga yang mencemari sungai jauh lebih besar daripada limbah industri, mungkin mereka akan sedikit mengerti? Apa justru tetap tak perduli?

Tapi saya yakin di luar sana banyak orang yang masih menyadari akan pentingnya fungsi sungai bagi kehidupan. Maka teruntuk mereka yang perduli, belajarlah.

Belajarlah dari dokter Gamal Albinsaid dan rekan dari Organisasi Indonesia Medika yang mendirikan klinik sampah di mana masyarakat dapat memperoleh pengobatan gratis hanya dengan menukarkan sejumlah sampah kering yang kemudian akan diolah dalam bank sampah. Ide ini digagas untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan tak lagi membuang sampah di sembarang tempat termasuk di badan sungai.

Belajarlah dari bapak Agus Gunarto, pencipta sistem pengolahan limbah terpadu di Kelurahan Tlogomas, Kota Malang. Berkat karyanya tersebut, rumah-rumah penduduk di sekitar tempat tinggalnya yang dulunya membuang limbah rumah tangga dalam aliran sungai Brantas kini memiliki bak penampungan limbah terpadu yang terdiri dari bak pengendap dan biofilter yang mampu mereduksi zat-zat kimia berbahaya sehingga air limbah pun menjadi aman untuk dialirkan ke sungai.

Dan karyanya pula yang telah membawa beliau mendapat berbagai penghargaan baik dari dalam mau pun luar negeri. Kini sistem pengelolaan limbah terpadu sudah dikembangkan juga di beberapa wilayah Indonesia.


Belajarlah dari Nabila Firdausiyah dan teman-temannya dari jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang menggagas ide kampung warna warni Jodipan, destinasi wisata baru di Kota Malang.

Meskipun keberadaan kampung Jodipan masih diperdebatkan karena lokasinya yang berdiri di atas bantaran sungai, namun setidaknya usaha Nabila bersama teman-temannya patut diapresiasi karena membawa banyak dampak positif. Kampung Jodipan yang dulunya terkenal kumuh dengan tumpukan sampah yang tersebar tepat di badan sungai kini memiliki penampilan baru yang mampu menarik datangnya wisatawan baik dari dalam mau pun luar kota. Selain dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya, biaya retribusi untuk masuk ke dalam area kampung Jodipan dimanfaatkan untuk biaya kebersihan kampung. Tumpukan sampah yang dulunya banyak ditemukan di sepanjang badan sungai kini sudah tak ada lagi.


Ide ini juga banyak diadopsi oleh daerah lain seperti di perkampungan Bulak Surabaya serta Manado. Bahkan berasal dari ide kampung warna warni, kini tercipta gagasan bendung warna warni di Banyuwangi. Tak tanggung-tanggung, Bupati Banyuwangi pun mengadakan perlombaan bendung sebagai destinasi wisata baru. Hal ini tentu memacu semangat para petugas operasi dan pemeliharaan bendung untuk menjaga wilayah kerjanya lebih maksimal lagi. Pintu air bendung yang biasanya dipenuhi sampah yang dapat menganggu aliran air tentu akan makin susah ditemui sehingga bendung dan saluran irigasi dapat bekerja sesuai peruntukkannya.


Masih banyak lagi orang-orang inspiratif seperti dokter Gamal Albinsaid, bapak Agus Gunarto, dan Nabila Firdausiyah di luar sana yang masih perduli pada lingkungan sekitarnya. Belajarlah pada mereka dan jadilah orang inspiratif selanjutnya.

Jangan belajar pada mereka yang melempar sampah lewat jendela mobilnya. Jangan belajar pada mereka yang membangun perumahan di atas lahan resapan air sehingga limpasan air melimpah dan sungai tak mampu lagi membendungnya. Jangan juga belajar pada mereka yang mendirikan bangunan di atas sempadan sungai karena hal ini jelas-jelas melanggar peraturan pemerintah tentang batas bangunan di sekitar sungai.

Membicarakan masalah bangunan di atas sempadan sungai, pada bulan November 2016 salah satu rumah di perumahan Golden House Malang ambruk karena tergerus derasnya aliran sungai. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada bulan Maret 2017, tak jauh dari lokasi sebelumnya, kembali lagi terulang kejadian yang sama. Kali ini aliran sungai menghancurkan bangunan ruko dan jembatan yang berdiri di atasnya.


Begitulah kalau sungai sudah menangis, ikut menangis pun akan sia-sia. Maka belajarlah dari mereka yang perduli supaya kita bisa mengerti cara merawat dan menyayangi sungai.

Selamat Hari Air Sedunia!

"Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis blog yang diadakan oleh Oxfam di Indonesia dengan tema tata kelola air, cegah bencana"

Sumber Penulisan:
http://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2014/01/140113_galeri_foto_klinik_sampah
http://halomalang.com/news/aktivis-15-sungai-besar-di-indonesia-dalam-kondisi-kritis
http://malangvoice.com/plengsengan-ambrol-rumah-di-sigura-gura-ambruk-ke-sungai/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kampung_Wisata_Jodipan
https://sosok.wordpress.com/2006/12/13/agus-gunarto-dan-kawasan-mck-terpadu/

7 komentar:

  1. Saya tertrgun membaca beberapa kisah inspiratif diatas. Salam bu admin, selamat hari air sedunia

    BalasHapus
  2. sebenernya iri dgn org2 yg mampu membuat perubahan dan kesadaran masyarakat thd sampah.. yo wis akhirnya pembiasan dulu deh dari keluarga. Good luck :-)

    BalasHapus
  3. Skripsi skripsi :p
    Pasti menang 👍🏻 Aamiin

    BalasHapus
  4. Wkwk,tadinya malah mau tak copy ae skripsiku :D

    BalasHapus
  5. Sedih juga kalau banyak yang ngerusak daripada yang membenahi :-(

    BalasHapus
  6. Mbaak setuju banget mbaaak
    Aku ndak paham sama jakarta malah, semua aliran pembuangan mengarah ke Sungai.
    Mall mall gede loh padahal

    Lha itu sungai, apa selokan raksasa?


    Btw itu yang ruko ambruk di daerah mana sih golden house itu?
    Sedih banget ya

    Aku juga pernah denger, apartemen yang di suhat deket jembatan itu lho melanggar aturan juga.
    Karena dia deket sungai dan deket jembatan.

    Ku ndak paham lagi

    Wah andai ada yang berani menggagas ide ide di atas untuk sungai2 di Jakarta, Keren banget.
    Hahhaa

    Aku mau ikutan jadi orang orang kaya gitu bingung mau ngapain dulu?
    hahaha

    Yang penting nda ikut ikutan buang sampah ke sungai dulu ae lah

    BalasHapus
  7. Gak masalah sih limbahnya dibuang ke sungai asal bahan kimianya udah direduksi dulu. Harusnya bangunan umum kayak mall, bisa dapetin ijin ķalau mereka punya instalasi pengelolaan air limbah, gak tau lagi kalau di Jkt, :D

    Iya apartemen itu gak boleh harusnya, mana kata dosenku pondasinya pake pondasi sumur yg gak kokoh kalo buat bangunan tinggi di sempadan sungai. Hasilnya tuh belum ada setaun udah retak-retak temboknya, apalagi sekarang tambah banyak retakannya, wkwk.

    BalasHapus

Hai, terimakasih sudah berkunjung. Komentar saya moderasi ya, capek cyiin ngehapusin komentar spam :D

Kalau ada pertanyaan, silahkan kirim email ke MeriskaPW@gmail.com atau Direct Message ke instagram @MeriskaPW, sekalian follow juga boleh :p